Akhir-akhir ini cuaca terlihat tampak pucat. Tidak seperti biasanya, terang dan hangat. Sesekali gue memandangi langit, berdiam sebentar, kemudian teringat tentang sebuah impian. Impian lama yang kini sudah mulai terlupakan.

Gue langsung berlari kecil menuju kamar. Mengambil laptop di samping mini rak buku. Dan meletakkannya di atas paha. Namun ketika gue sedang menghadap di layar, selalu saja begini. Ide-ide yang berada di sekelibat pikiran tadi, entah kenapa, sulit sekali dituangkan dengan mudah. Tetapi gue yakin, pasti banyak penulis hebat pernah merasakan juga hal yang sama; Stuck.

Dan seperti biasanya, ketika kejadian itu menghampiri, gue biasa melakukan ritual ‘Rock n’ Roll’.
Menyelipkan sebatang rokok ke bibir, mengambil pemantik di saku celana, lalu menyalakannya.
Krek... krek...

Yang tadi itu, ceritanya gue sedang kretekin jari. Pemanasan.

Kini, lagi dan lagi, hampir sebulan gue menghilang dari usaha tulis-menulis di dunia blog. Nampaknya semangat untuk konsisten menulis yang lalu, mutlak kalah oleh jamnya orang sibuk. Cie, gitu. Sok Sibuk. Mungkin sebagian orang bilang, alasan seperti itu 'klasik' banget. Dan ternyata memang benar. Itu adalah alasan terburuk dari beberapa yang paling buruk. Karena sesibuk apapun kita, setidaknya pasti ada celah, kalau benar-benar niat ingin menulis.

Jadi, lebih tepatnya, sih, emang dasarnya si Mamat mageran.
Siang itu, sehabis menyelesaikan pekerjaan, gue, bokap, dan para kerabatnya menuju sebuah lounge di Bandara untuk bersantai-santai. Ketika itu gue cuma sekedar mendengarkan mereka ngobrol hal-hal berbau politik. Bukannya gak mau ngomong atau gak ngerti, sebab gue paling termuda diantara mereka. Otomatis kaku aja gitu. Dan yang bisa gue lakukan, hanya duduk manis di atas sofa sembari menyeruput kopi hitam pekat yang ditraktir oleh bokap.

Pada intinya sih, manusia berjiwa muda ini belum beradaptasi nongki sama bapak-bapak. Hahaha.

Di tengah keterasingan, alhamdulillah, masih ada yang bisa gue nikmati secara cuma-cuma. Wifi gratis namun ngebut. Gue pun dengan penuh semangat membuka tas berisi notebook yang sengaja gue persiapkan untuk menghilangkan rasa bosan. Emang pas banget deh. Soalnya dari kemarin gue pengin nonton film yang kata temen-temen gue awsome banget, yakni 'The Theory of Everything'.
Pada suatu sore, gue sedang asyik jalan-jalan bersama Adit di salah satu mall Jakarta yang biasa gue hinggapi. Tujuan pertama gue saat itu sebenarnya cuma mau nyari buku aja, kemudian pulang. Akan tetapi, karena orang cupu kayak gue jarang-jarang berpenampilan keren. Maka, naluri lelaki pun langsung memutuskan untuk nongski sebentar biar terlihat maskulin.

Namun, nyatanya nggak sesuai dengan apa yang gue pikirkan.

Dengan jalan berduaan sama Adit, gue malah terlihat seperti omo agy edet. (baca: Homo Lagi Ngedet)

Bedebah!!!
Saat hari menjelang malam, seperti biasanya gue pulang bekerja dari airport menuju lokasi rumah di citra raya. Karena dalam perjalanan terkena macet yang sungguh biadab, akhirnya gue pun memutuskan untuk singgah sebentar kerumah temen baik bernama Destio. Paling ya cuma sekedar ngopi ganteng (gak mungkin cantik) atau ngobrol-ngobrol sepik gitu, deh. Biasalah formalitas. Supaya tujuan utama gue tidak terlihat nyentrik: Numpang istirahat gratis. Hahaha.

Ketika berada diruang tamu, mata gue langsung tertuju pada seorang anak kecil yang terlihat sepintas agak hyper, dan pembicaraannya terbilang sok tua. Memang, anak kecil yang belaga sok tua, akhir-akhir ini sedang hitz. Misalnya abege yang udah ngerti dugem-dugeman gitu. Ya, tentu akibatnya  selera musik mereka pun akan ikut tergantikan oleh genre musik maha gaul yang suaranya kebanyakan didominasi nada  JEDAG-JEDUG-JEDAG-JEDUG.